Mengenal Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang paling
dasar dalam pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar dilaksanakan dalam
waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat
melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (SMP) atau yang sederajat. Sekolah
Dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.
Di
Indonesia pada saat ini, anak usia SD dimulai dari 6 tahun sampai dengan 12
tahun. Secara psikologis, periode ini dikategorikan Masa Kanak-kanak Akhir.
Para pendidik masa tersebut sebagai “Masa Sekolah Dasar” sedangkan para
psikolog menyebutnya sebagai “Masa Berkelompok” atau “Masa Penyesuaian Diri”.
Sebutan Masa Sekolah Dasar,
merupakan periode keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk
bersekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut.
1. Anak
harus dapat bekerja sama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh
tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.
2. Anak
memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian dari
keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
3. Secara
jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.
Sementara
itu sebutan Masa berkelompok dan Masa Penyesuaian Diri dikaitkan dengan
keinginan anak-anak untuk diterima teman-teman sebayanya sebagai anggota
kelompok, serta pentingnya penyesuaian diri di dalam kelompoknya. Setiap anak
adalah pelajar yang unik, memiliki kepribadian singular, latar belakang
pengalaman, dan cara belajar tertentu.
Karakteristik
Siswa Sekolah Dasar
Menurut
Preston, anak usia sekolah dasar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Anak
merespons (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari dunia
sekitarnya. Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap
kejadian-kejadian-peristiwa, benda-benda yang ada di sekitarnya. Mereka
memiliki minat yang luas dan tersebar di sekitar lingkungannya.
2. Anak
adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan
menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui.
3. Anak
ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin
aktif, belajar, dan berbuat .
4. Anak
mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang
seringkali kurang penting/bermakna
5. Anak
kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman
seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat memahami
orang-orang di sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan merumuskan
hipotesis dan memecahkan masalah.
Berkaitan
dengan atmosfer di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat
diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.
1. Karakteristik pada
Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3)
·
Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
·
Suka memuji diri sendiri
·
Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya
tidak penting
·
Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang
menguntungkan dirinya e. Suka meremehkan orang lain
2. Karakteristik pada
Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6).
·
Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
·
Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
·
Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
·
Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah
Tugas
dan Peran Guru SD
Sebagai
guru harus memahami ciri-ciri anak tersebut dalam rangka kesiapan suatu
pembelajaran. Untuk dapat menghadapi bahan belajar dengan baik, siswa dituntut
menunjukkan adanya perhatian. Perhatian seseorang terhadap sesuatu dapat
ditunjukkan dari gerak-geriknya.
Sebagai contoh seorang guru
memberi tugas kepada siswanya untuk mengamati lalu lintas di dekat sekolahnya,
ternyata semua siswa tampak serius mencatat, berdiskusi dengan temannya dengan
wajah ceria. Hal ini menunjukkan bahwa siswa-siswa menjalankan tugas guru
dengan baik dan penuh perhatian. Tetapi jika terjadi hal yang sebaliknya,
misalnya anak-anak hanya main sendiri, tidak mau mencatat dan berdiskusi,
berarti siswa kurang atau tidak ada perhatian.
Perhatian menjadi titik awal
yang mengarah kepada belajar, perhatian merupakan prasyarat dalam belajar.
Dengan perhatian akan timbul ketertarikan terhadap sesuatu yang dihadapi,
selanjutnya diharapkan akan terjadi peristiwa belajar. Untuk itu, sangat
penting bagi guru atau calon guru untuk mengenal sifat-sifat atau karakteristik
anak usia SD.
Menurut Jean
Piaget, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh
karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan
siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa
belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat
menarik bagi siswa. Hal ini dilakukan karena perhatian anak pada tingkat usia
tersebut masih mudah beralih, artinya dalam jangka waktu tertentu perhatian
anak dapat tertarik kepada banyak hal, tetapi waktu tertentu pula perhatian
anak berpindah-pindah.
Sifat
lain bahwa perhatian anak sering berfokus pada lingkungan terdekat. Kedekatan
ini dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Bersifat langsung, misalnya
dalam melihat pesawat terbang akan lebih tertarik pada bentuk dan warnanya dari
pada fungsinya, artinya dalam memahami suatu konsep anak-anak lebih tertarik
pada wujud benda konkritnya. Begitu juga pengalaman yang termediasi pun akan
membawa anak kepada perhatian, misalnya bahan bacaan atau cerita, sajian TV
dapat mendekatkan anak pada dunia yang lebih luas.
Pada
umumnya anak lebih tertarik kepada benda yang bergerak, akibatnya anak ingin
mengetahui sebab-sebab terjadinya sesuatu. Rasa ingin tahu tersebut sebenarnya
merupakan gerak awal untuk belajar dan dorongan untuk mengeksplorasi dunia
sekitarnya. Tindakan eksplorasi akan memacu anak untuk terus mencari sampai
keingintahuannya terpuaskan. Dengan sifat ini, anak biasanya mempunyai
kemampuan tinggi dan mempunyai wawasan yang luas.
Anak usia SD mempunyai
kecenderungan banyak bergerak. Agar gerak yang merupakan kebutuhan anak
mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu perencanaan yang baik.
Perlu diketahui bahwa gerak tidak hanya bersifat fisik saja tetapi gerak atau
keaktifan pikiran merupakan hal yang penting pula. Keaktifan berfikir dapat
disertai gerak fisik dan juga disertai gerak berpikir, misalnya siswa yang
sedang mencari data di lapangan memerlukan banyak gerak fisik.
Sedangkan siswa yang sedang mengerjakan soal tidak perlu membaca
dengan suara nyaring, tetapi ia aktif berfikir dengan tenang. Ini sebenarnya
anak mengalami keaktifan mentalnya. Dengan demikian keaktifan atau pengalaman
sangat bermanfaat dalam belajar. Pengalaman merupakan persiapan dalam kehidupan
yang sebenarnya di masyarakat.